Kendari, Sultrademo.co – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar Musyawarah Daerah (Musda) XI di Hotel Claro Kendari, Minggu (2/11/2025).
Kegiatan ini menjadi momentum penting konsolidasi politik Golkar di Sultra, dengan kehadiran sejumlah tokoh nasional partai, termasuk Ketua Umum DPP Partai Golkar Bahlil Lahadalia.
Dalam sambutannya, Bahlil membuka dengan kisah personal yang menyentuh. Ia mengenang tiga daerah yang menjadi bagian penting perjalanan hidupnya yakni Maluku sebagai tempat lahir, Papua sebagai tanah perjuangan dan tempat ia tumbuh sebagai pengusaha, serta Sulawesi Tenggara sebagai tanah leluhur yang mengalir dalam darahnya.
“Saya selalu punya ikatan batin dengan Sultra. Di sinilah akar keluarga saya berasal. Jadi hadir di Musda ini bukan sekadar agenda partai, tapi juga pulang kampung,” ujar Bahlil disambut tepuk tangan para kader.
Bahlil menegaskan, Musda bukan sekadar ajang memilih Ketua DPD, melainkan forum tertinggi untuk merumuskan arah kebijakan partai di tingkat provinsi.
Ia menyebut, ada tiga keputusan strategis yang harus dihasilkan, Pertama evaluasi laporan pertanggungjawaban pengurus sebelumnya; Kedua penyusunan program kerja dan rekomendasi politik; Ketiga pemilihan Ketua DPD Golkar Sultra yang baru
Bahlil turut menyampaikan apresiasi kepada Ketua DPD I Golkar Sultra, Heri Asiku atas capaian kepemimpinan yang berhasil membawa partai semakin kuat di daerah.
“Saya memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Ketua DPD Golkar Sultra, Bapak Heri, yang telah membawa partai ini maju seperti sekarang. Mampu memenangkan tujuh daerah dalam Pilkada dan menambah kursi di DPRD, meski di DPR RI masih tetap satu,” kata Bahlil.
Menurutnya, tantangan ke depan adalah meningkatkan jumlah kursi Golkar di semua tingkatan legislatif. Untuk itu, Bahlil menekankan pentingnya konsolidasi internal hingga ke tingkat kecamatan dan desa.
“Partai hebat tidak mungkin bertahan tanpa konsolidasi. Maka revitalisasi pengurus harus dilakukan sampai ke akar rumput. Rekrutmen kader baru juga harus digiatkan agar struktur partai tetap hidup dan solid,” tegasnya.
Lebih jauh, Bahlil menegaskan bahwa kekuatan Partai Golkar bukan hanya pada jumlah kader, tetapi pada doktrin karya-kekaryaan dan semangat menjaga kedaulatan bangsa.
“Golkar adalah partai penyangga kedaulatan bangsa. Tidak ada partai lain di republik ini yang lahir dari gagasan para pendiri bangsa. Golkar itu atapnya kuat, penjaga stabilitas nasional, pelindung ideologi Pancasila dari ancaman komunisme,” tegas Bahlil.
Ia juga mengenang masa kejayaan partai beringin di Sultra pada era 1990-an.
“Tahun 1997, Golkar di Sultra pernah menang 97 persen itulah yang disebut Jasirah Golkar. Kita harus kembali menyalakan semangat itu,” ujarnya.
Dalam sesi yang sama, Bahlil menyoroti peran strategis generasi muda dalam menentukan arah politik bangsa ke depan. Berdasarkan proyeksinya, sekitar 73 persen pemilih pada Pemilu 2029 berusia 17–50 tahun.
“Kalau mau Golkar tetap survive, rebut suara anak muda. Sejarah membuktikan, anak muda selalu menjadi agen perubahan. Partai yang tidak membuka ruang bagi generasi muda akan tergerus oleh zaman,” katanya.
Bahlil menutup pidatonya dengan pesan inspiratif yang mencerminkan semangat adaptif di era modern.
“Politik hari ini bukan soal siapa yang besar atau pintar, tapi siapa yang cepat dan kreatif. Karena itu, pengurus Golkar harus inovatif dan dinamis. Politik itu tidak harus tegang, tapi harus menukik,” pungkasnya.
Musda XI Golkar Sultra pun menjadi ajang pembuktian bahwa partai beringin terus tumbuh dengan semangat kebersamaan dan pembaruan. Di bawah kepemimpinan baru hasil Musda, Golkar Sultra diharapkan mampu memperkuat peran politiknya sebagai penyangga utama kedaulatan bangsa.
Laporan: Aji Said (Magang)







