Oleh : Edi Sulkipli Peneliti Epicentrum Politica
Pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara 2018 mendatang semakin dekat menuju perburuan tiket kontestasi. Mendekati waktu pendaftaran calon di KPU pada Januari 2018 mendatang, setiap calon giat memburu tandatangan partai yang kelak akan mengusungnya. Termasuk upaya calon independen (non-parpol) yang juga giat memburu dukungan KTP.
Polemik yang mewarnai ajang bergengsi 5 tahunan ini semakin hari semakin akrab ditelinga masyarakat Sulawesi Tenggara yang sudah tidak sabar menantikan siapakah yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan di Bumi Anoa tersebut. Banyak kejutan bersifat positif dan negatif yang terbungkus rapi melalui informasi yang dengan mudah didapatkan dimana saja, berbagai kalangan dari pelosok hingga ke kota, sudah tidak asing lagi dengan maraknya pemberitaan mengenai pilgub ini.
Dari ramainya pemberitaan dan popularitas persaingan calon, Epicentrum Politica menggaris bawahi beberapa pasang nama yang memiliki peluang untuk meraih tiket menuju arena pilgub sultra 2018. Lewat jalur partai, yang pertama adalah Ali Mazi dan Lukman Abunawas yang berakronim “AMAN”. Deklarasi yang telah pasangan ini langsungkan bulan oktober lalu sangat menyita perhatian dan menuai reaksi beragam dari masyarakat. Calon Gubernur yang akan di usung Partai Nasdem dan Golkar ini menuai perbedaan pendapat dari kader Golkar di Sultra. Pengurus DPD Golkar tingkat I dan II sultra menolak dukungan atau rekomendasi untuk Alimazi yang di keluarkan DPP Golkar. Meskipun demikian, kepiawaian komunikasi politik Ali Mazi patut diperhitungkan lewat keberhasilannya mendapatkan kepercayaan dari DPP Golkar. Di Sultra sendiri, Ali Mazi dan Lukman Abunawas sudah lama menjadi ancaman bagi para pesaingnya. Sehingga dengan kendaraan Nasdem dan Golkar yang telah mereka miliki, akan mampu menjadi pasangan calon yang diperhitungkan.
Pasangan kedua yang akan menjadi saingan berat bagi Ali Mazi dan Lukman Abunawas yaitu pasangan Asrun-Hugua yang berakronim “SURGA”. Pasangan yang santer diberitakan akan diusung oleh PAN, PDIP dan PKS ini rencananya baru akan melakukan deklarasi November ini. Asrun (PAN) dan Hugua (PDIP) adalah petinggi partai yang punya irisan dukungan besar di Sultra. Kedua partai ini memiliki ideologi yang berbeda, namun bisa sangat dinamis menyatu untuk memenangkan pilgub sultra. PAN berada di papan atas raihan kursi terbanyak di DPRD Sultra dengan 9 kursi, sedangkan PDIP dan PKS berada dipapan tengah dengan 5 kursi. Hal ini tentu mengancam calon lainnya dari segi mumpuninya mesin partai yang bisa digerakkan.
Tersisa partai Demokrat (6 kursi), Hanura (3 kursi), Gerindra (4 kursi) dan PKB (1 kursi) yang belum mengusung calon. Partai-partai ini bisa bergabung mengusung calon dengan membuat poros sendiri, apalagi Demokrat termasuk salah satu penentu poros dukungan yang berada di papan atas parlemen Sultra selain PAN dan Golkar. Kesempatan untuk mendapat satu tiket dari poros ketiga ini masih sangat diperjuangkan oleh pasangan Rusda Mahmud-Safei Kahar. Pasangan ini termasuk yang paling awal melakukan komunikasi politik dengan masyarakat Sultra untuk memperkenalkan diri mereka sebagai salah satu bakal calon yang akan maju. Meski nilai elektoral keduanya cukup baik di beberapa survey, namun perkembangan politik Sultra yang sangat dinamis masih menyulitkan langkah mereka untuk melaju dengan kendaraan partai. Terlebih jika partai-partai ini memilih menyebar ke pasangan “AMAN” dan “SURGA” maka hal tersebut akan semakin menipiskan harapan Rusda Mahmud dan Safei Kahar. Meskipun demikian peluang pasangan ini masih sangat terbuka lebar.
Dari jalur perseorangan, peluang besar juga dimanfaatkan Wa Ode Nurhayati-Andri Darmawan (“WON-ANDRE”). Pasangan ini hadir ditengah hegemoni partai politik yang memiliki pengaruh kuat di Sulawesi Tenggara. Mereka sangat memposisikan diri sebagai alternatif yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Rencana pasangan ini pun cukup menyita perhatian masyarakat di tengah usahanya yang terus gencar mengumpulkan dukungan KTP sebagai prasyarat meraih tiket Pilgub dari jalur perseorangan. Pergerakan pasangan ini akan mampu mengusik para calon dari jalur partai jika mereka mampu mencukupkan dukungan KTP tersebut.
Dinamika yang sangat cair ini akhirnya menghasilkan harapan agar masyarakat Sultra mendapatkan pendidikan politik yang baik selama berlangsungnya persiapan dan tahapan hingga ke penentuan gubernur dan wakil gubernur Sultra 2018 mendatang. Karena itu siapapun calon yang berhasil meraih tiket tersebut, tidak boleh dipandang sebagai suatu keberuntungan semata, namun dilihat sebagai amanah yang besar untuk memajukan Sulawesi Tenggara. Sehingga para bakal calon ini harus memiliki etika politik yang baik, untuk dapat merebut suara masyarakat Sulawesi Tenggara.