Hujan baru saja reda. Ketika aku mulai menjejaki langkah untuk menelusuri kota. Mencoba menghabiskan waktu malam yang rasanya enggan untuk aku akhiri di tempat tidur begitu saja. Mesin kendaraanku rasanya belum panas hingga tampak dari kejauhan segorombolan massa yg tergabung dari salah satu mahasiswa universitas negri di kota ini yang tengah berdiri diam,sebentar riuh. Sebagian tersenyum, menggeleng, bingung, bahkan ada juga yg cengar-cengir. Benakku sempat terlintas apakah sekumpulan itu adalah bagian dari protes mahasiswa terhadap pemerintah akan ke tidak puasan dari kebijakan-kebijakan yang di keluarkan akhir-akhir ini. Tapi, kenapa harus malam. Apakah malam punya energi sendiri terhadap aspirasi ini !! Ahh…tidak, aku mencoba membuang jauh-jauh pikiran itu. Rupanya keingin tahuanku mengalahkan rasa penasaranku. Aku parkirkan kendaraanku dan mulai melangkah bergabung dalam segerombolan massa itu.
Rupanya yg tersaji disana bukanlah suatu protes mahasiswa atau bentuk demonstrasi mahasiswa akan ketidakpuasan dsb. Tapi disana tersaji sebuah pertunjukan yg begitu luar biasa, memikat hati bahkan tanpa sadar akupun larut menggeleng dalam bentuk kekaguman. Yaa. .peringtan Theater Day se dunia sedang berlangsung disana. Sebuah bentuk Maha Karya dari mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Haluoleo Sulawesi Tenggara yg bergabung dalam Laskar Sastra. Inilah barisan anak-anak muda yang tetap eksis mempertahankan budaya dan bahasa di tengah gejolak perkembangan ilmu teknologi. Inilah pengertian zaman now yg sesungguhnya. Zaman dimana kita tidak memungkiri dari perkembangan IT itu sendiri. Akan tetapi kita tidak melupakan warisan budaya dan bahasa itu sendiri juga. Mengorek sedikit keterengan dari Agus purwanto yg juga merupakan bagian dari Laskar Sastra itu sendiri, rupanya kegiatan memperingati hari teater se dunia ini acap kali tiap tahun di selenggarkan. Malam tadi tepatnya ada tiga bentuk teater yang di tampilkan. Yakni, teatrikal andromeda, teatrikal amin dalam cermin retak dan teatrikal amuk.
Teatrikal andromeda dimana otak dari teater ini adalah Agus Purwanto dan Ahmad bersama kawan-kawanya yang lain. Teatrikal andromeda adalah salah satu teater yg mengisahkan seorang perempuan yg rela mengorbankan dirinya hanya untuk menyelamatkan rakyatnya. Sedangkan teatrikal api dalam cermin retak mengisahkan seseorang yang menyombongkan uangnya, tetapi pada akhirnya uang itu habis terbakar dan sebelumya itu merupakan bentuk hukuman dari apa yang telah ia lakukan terhadap orang-orang yg kerap kali di tindas hingga ia tersiksa dengan sendirinya. Yang terakhir adalah Teatrikal amuk yg mengisahkan seorang manusia yg kerasukan roh jahat atas keangkuhan dan kegilaan yg ia timbulkan sendiri oleh sebab ia melupakan tuhanya maupun masyrakat di sekitarnya.
Jika kita melirik sedikit sejarah tentang teater, Dalam sejarah dunia teater muncul sekitar abad ke-6 SM dari bangsa Yunani kuno yang telah mempunyai seni pertunjukan yang disebut drama. Pertunjukan drama berasal dari upacara keagamaan dalam bentuk pemujaan kepada Dewa Anggur bernama Dionysus. Teater berasal dari bahasa Yunani, yaitu theatron yang asal katanya theomai yang berarti “takjub melihat atau memandang”.
Di Italia, seni teater berkembang sangat pesat dan mengalami masa kejayaan, baik dari segi panggung, penambahan dekorasi maupun penambahan ornamen serta layar pada tempat pertunjukan sehingga melahirkan teater modern.
Sementara itu, di Indonesia sendiri seni pertunjukan seperti teater sudah muncul sejak lama. Teater Indonesia atau teater Nusantara ini mencakup teater-teater tradisional yang berasal dari daerah-daerah yang ada di Indonesia. Misalnya ketoprak dari jawa, mak yong dari Riau dan drama gong dari Bali.
Selanjutnya, memasuki abad ke-20 teater nusantara mengalami perubahan sehingga muncul teater modern. Teater modern ini merupakan teater yang dipengaruhi oleh teater tradisional dan teater barat. Dengan adanya pengaruh dari barat, bentuk pertunjukan teater modern jauh berbeda dengan teater tradisional.
Dari pertunjukan teater malam ini, yang hanya memakan waktu latihan kurang lebih sebulan ini baik dari segi konsep dan latihan itu sendiri mampu membungkam riuh gemuruh kota ini. Malam seolah tidak lagi sunyi bagi siapapun. Teater seolah menjadi hipnotis bagi para pelaku riuh gemuruh itu sendiri. Di sisi lain, seni teater memiliki manfaat secara umum sebagai sarana pendidikan, dimana pendidikan yang dimaksud berupa pendidikan karakter, emosi dan sosial setiap orang yang terlibat di dalamnya.
Happy theater world day buat segenap pelaku teater terutama Laskar Sastra UHO sebagai bentuk penghargaan dan terimakasih atas ekplorasi gerakan tubuh minim kata-kata sebagai pamungkas perayaan hari teater se dunia ini.
Sejatinya juga penulis memaknai beberepa hal dari pertunjukan teater malam ini. Di antaranya, kiranya Kekayaan termahal yang dimiliki oleh seorang pemimpin bukanlah jabatan dan kedudukannya melainkan kesesuaian antara perkataan dan perbuatannya. Kiranya tidak semua kekayaan itu berupa yang bisa dihitung. Akan tetapi tidak semua kekayaan juga harus dihitung melainkan harus disyukuri sebagai nikmat. Hingga pada akhirnya kekayaan yang hakiki sesungguhnya adalah kekayaan jiwa.
-Adhit Ungkedo-