GP Ansor Sultra Beri Apresiasi Tokoh Toleransi Lintas Iman

Alexander Tanjaya saat menerima Piagam Penghargaan dari PW GP Ansor Sultra sebagai tokoh Moderasi Beragama berupa Toleransi Partisipatif di Sulawesi Tenggara (Sultra). Foto Muhammad Sulhijah

Kendari, Sultrademo.co Sinar matahari sore menembus jendela kaca Hotel Fortune, Kota Kendari, Rabu (14/5/2025), memantulkan kehangatan suasana yang tak hanya hadir dalam bentuk cahaya, tapi juga terasa dari setiap percakapan dan senyuman. Sore itu menjadi saksi sebuah momen langka dan penuh makna sebuah penghargaan yang melampaui sekat agama, budaya, dan keyakinan.

Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor (PW GP Ansor) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) memberikan Piagam Penghargaan kepada seorang tokoh istimewa: Alexander Tanjaya. Ia adalah seorang pengusaha beragama Buddha, namun dikenal luas sebagai tokoh toleransi dan kemanusiaan antarumat beragama di Sulawesi Tenggara.

Bacaan Lainnya

Sosoknya mungkin tak sering tampil di media, tapi jejak langkah dan ketulusan hatinya membekas di masyarakat. Salah satu bentuk konkret dari dedikasinya adalah pembangunan Masjid Rahmatan Lil Alamin di Desa Ambaipua, Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan. Masjid itu rampung pada 2022, dan sejak itu menjadi rumah ibadah yang nyaman bagi warga sekitar terutama mereka yang sebelumnya harus berjalan jauh demi menunaikan salat.

Pemberian piagam penghargaan ini diserahkan langsung oleh Wakil Ketua Pimpinan Pusat (PP) GP Ansor, Dr. Pendais Haq. Ia didampingi oleh Ketua PW GP Ansor Sultra, Saninuh Kasim, SH, MH, Sekretaris GP Ansor Sultra, Salahuddin Loga, serta sejumlah jajaran pengurus lainnya. Mereka hadir bukan sekadar memberi penghargaan, tapi membawa semangat silaturahmi yang terasa tulus dan penuh persaudaraan.

“Ini adalah wujud komitmen Ansor dalam menjaga toleransi, yang merupakan pilar utama dalam menjaga keutuhan NKRI,” ucap Saninuh Kasim.

Ia menegaskan bahwa apresiasi terhadap tokoh-tokoh yang berjasa bagi kemanusiaan tak boleh hanya datang dari satu kelompok saja. “Bukan cuma Ansor. Siapapun itu harus memberikan apresiasi kepada mereka yang memiliki kontribusi besar terhadap toleransi dan kemanusiaan.”

Suasana hangat dan penuh semangat persaudaraan menyelimuti Silaturrahmi PW GP Ansor Sultra bersama dengan Alexander Tanjaya. Foto Muhammad Sulhijah

Acara yang dirangkaikan dengan agenda silaturahmi itu berlangsung hangat. Dalam suasana kebatinan yang akrab dan penuh makna, Saninuh mengucapkan, “Selamat Hari Waisak,” sebagai bentuk penghormatan terhadap keyakinan Alexander Tanjaya.

Dr. Pendais Haq pun turut menyampaikan pandangan yang senada. Baginya, dialog antarumat beragama adalah elemen penting dalam menjaga harmoni sosial. Ia menyebut Alexander sebagai ikon toleransi di Sultra. “Pak Alex adalah salah satu contoh yang menjadi icon toleransi beragama di Sulawesi Tenggara,” ungkap Pendais, yang pernah menjabat sebagai Ketua PW GP Ansor Sultra.

Ia menambahkan bahwa GP Ansor sebagai organisasi kepemudaan di bawah naungan Nahdlatul Ulama, tetap istiqomah dalam merawat nilai-nilai toleransi antarumat beragama. “Banyak Banser-Ansor yang setiap momentum Natal selalu membantu mengamankan gereja,” ujarnya, menegaskan bahwa kebersamaan dalam keberagaman bukan sekadar slogan, tapi tindakan nyata.

Sementara itu, Alexander Tanjaya menerima penghargaan tersebut dengan penuh rasa syukur dan rendah hati. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa toleransi adalah sesuatu yang sangat prinsipil dalam hidupnya.

“Bagi saya, perbedaan itu adalah Sunatullah dan merupakan hal yang lumrah bagi kita semua. Justru dengan adanya perbedaan, sebaiknya dan wajib kita berlomba-lomba saling menciptakan keharmonisan,” ujarnya.

Ia meyakini bahwa keharmonisan akan melahirkan kerukunan, kedamaian, dan sikap saling menghormati serta menyayangi satu sama lain. “Saya selaku pribadi mengharapkan kerukunan di dalam umat beragama selalu tercipta dengan baik,” lanjutnya.

Keputusan untuk membangun masjid, menurut Alex, lahir dari kepedulian melihat warga yang kesulitan mengakses rumah ibadah karena jaraknya yang jauh dari permukiman mereka. “Tetapi mereka sungguh-sungguh untuk menjalankan ibadahnya. Saya pikir sebaik-baik manusia adalah dia yang bermanfaat bagi sesamanya,” ucapnya dengan tulus.

Ia menolak untuk mengambil pujian pribadi. Menurutnya, pemberian itu hanyalah bentuk dari menyalurkan rezeki yang dititipkan oleh Tuhan. “Pemberian ini sebenarnya bukan pemberian pribadi, tetapi hanya menyalurkan pemberian dari Tuhan Allah,” tuturnya.

Dalam pandangannya, setiap hal yang dilewati dalam hidup adalah jalan spiritual. “Hari ini bisa hidup, itu merupakan spiritual. Waktu dan kesempatan yang diberikan Tuhan kepada hambanya untuk berbuat lebih dan lebih,” kata Alex.

Dengan suara tenang, ia melanjutkan, “Jika hari ini kita masih bisa bernafas, kita masih hidup. Dari ujung kaki hingga ujung kepala, kita masih bisa bergerak dengan normal, tanpa sakit, tanpa kekurangan apa pun itu merupakan berkah kehidupan. Nilai spiritual itu tidak bisa diperjualbelikan.”

Menutup sambutannya, Alex mengajak semua yang hadir untuk memaknai hidup sebagai anugerah yang tak boleh disia-siakan. “Hidup adalah anugerah, hidup adalah kesempatan. Jangan kita sia-siakan hidup kita untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Hal-hal yang negatif. Tetapi hal-hal yang positif dan lebih baik, yang bermanfaat bagi sesama.”

Baginya, setiap kebaikan yang diberikan kepada orang lain sejatinya adalah kebaikan bagi diri sendiri. “Apa yang kita bantu kepada sesama, apa yang kita tolong kepada sesama, sebenarnya pada saat itu kamu sedang menolong dirimu sendiri. Sementara kita membukakan jalan orang lain, sebenarnya saat itu kamu sementara membuka jalan hidupmu sendiri. Pada saat kamu menutup jalan orang lain, sebenarnya kamu sedang menutup jalan hidupmu sendiri. Itu yang saya yakini,” tutupnya dengan penuh makna.

Penulis: Muhammad Sulhijah

*) Follow Kami di GOOGLE NEWS Untuk Mendapatkan Berita Terkini Lainnya
 

Konten sponsor pada widget dibawah ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Sultrademo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

Pos terkait