Kendari, Sultrademo.co – Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat jumlah pengangguran mencapai 49,16 ribu orang per Agustus 2025. Angka ini naik 3,59 ribu orang dibanding periode yang sama tahun lalu.
Data tersebut dirilis BPS pada 5 November 2025. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Sultra, Andi Kurniawan, menjelaskan jumlah penduduk usia kerja di Sultra kini mencapai 2,07 juta orang, dengan 1,48 juta orang tergolong angkatan kerja. Dari total itu, 1,43 juta orang tercatat bekerja, sementara sisanya menganggur.
“Jumlah pengangguran meningkat 3,59 ribu orang dibanding Agustus 2024 yang tercatat 45,57 ribu orang. Namun, jumlah penduduk bekerja juga bertambah 3,14 ribu orang,” kata Andi dalam rilisnya.
BPS menilai peningkatan jumlah pengangguran dipicu oleh bertambahnya angkatan kerja sebanyak 6,74 ribu orang dalam setahun terakhir, tidak semuanya terserap oleh pasar kerja.
Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sultra naik dari 3,09 persen pada 2024 menjadi 3,31 persen pada Agustus 2025.
TPT sendiri menggambarkan proporsi penganggur dalam angkatan kerja—yakni mereka yang tidak memiliki pekerjaan dan aktif mencari kerja.
Berdasarkan tingkat pendidikan, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi penyumbang pengangguran terbuka tertinggi di Sultra dengan 5,54 persen.
Sebaliknya, penduduk dengan pendidikan SD ke bawah menjadi penyumbang terendah dengan 1,59 persen.
Secara gender, pengangguran perempuan tercatat 3,98 persen, lebih tinggi dibanding laki-laki yang berada di angka 2,85 persen.
BPS juga mencatat 13 sektor utama penyerap tenaga kerja di Sultra, antara lain; Pertanian, kehutanan, dan perikanan; Perdagangan besar dan eceran; Administrasi pemerintahan; Industri pengolahan; Pendidikan; Konstruksi; Akomodasi serta makan minum; Transportasi dan pergudangan; Informasi dan komunikasi; Keuangan dan real estate; Kegiatan profesional dan sosial; Pertambangan dan penggalian; serta Pengelolaan air, listrik, sampah, dan daur ulang
Dari data tersebut, sektor pertanian masih menjadi tulang punggung penyerap tenaga kerja di daerah, meski sektor formal dan jasa terus menunjukkan peningkatan.
Laporan: Muhammad Sulhijah







