Jakarta, Sultrademo.co — Penyegelan Kantor Penghubung Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) di Jakarta berujung pada tindakan represif aparat kepolisian. Ratusan mahasiswa ditangkap setelah menempati mes atau asrama kantor tersebut selama dua malam, dalam situasi yang belakangan disebut dipicu oleh hal sepele: habisnya stok makanan di asrama penghubung.
Isu ini mencuat setelah beberapa mahasiswa yang ditahan mengungkap adanya miskomunikasi antara pihak pengelola dan massa aksi. Mereka menegaskan bahwa kehadiran mereka di tempat itu bukan untuk membuat kerusuhan, melainkan karena sudah tidak memiliki tempat tinggal sementara.
“Kami hanya menumpang sementara di sana, karena masa kontrak tempat tinggal sudah habis. Tidak ada niat melakukan pengrusakan atau tindakan melawan hukum,” ungkap salah satu mahasiswa asal Sultra di Jakarta yang enggan disebutkan namanya, Rabu (8/10/2025).
Menurut penelusuran, kronologi berawal ketika ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Pemuda 21 Sultra Jakarta menempati asrama Kantor Penghubung Sultra di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Mereka telah beberapa kali melakukan aksi dan audiensi menuntut janji Pemprov Sultra terkait asrama mahasiswa yang tak kunjung terealisasi.
Namun, situasi berubah setelah kepala kantor penghubung diduga melapor ke pihak kepolisian dengan alasan “penguasaan fasilitas negara secara tidak sah.”
Dari laporan itu, aparat Polres Jakarta Pusat kemudian datang ke lokasi dan mengamankan mahasiswa yang sedang berada di sana.
Penangkapan tersebut berlangsung disertai bentrokan fisik.
Salah satu mahasiswa mengalami cedera di bagian leher akibat cakaran. Foto yang beredar memperlihatkan dugaan tindakan represif yang dilakukan oleh oknum anggota kepolisian.
“Kalau hanya soal makanan, itu sangat tidak pantas dijadikan alasan pelaporan. Ini persoalan kemanusiaan, bukan kriminalitas,” tegas salah satu koordinator lapangan. Ia menambahkan bahwa mahasiswa datang membawa semangat perjuangan, bukan untuk membuat onar.
Hasil investigasi awal menunjukkan dugaan kuat bahwa pelaporan tersebut muncul karena pihak penghubung tidak siap menghadapi tekanan mahasiswa yang terus menuntut janji bantuan fasilitas pendidikan. Beberapa sumber internal juga menyebut telah terjadi perdebatan mengenai penggunaan dapur umum dan logistik selama mahasiswa menempati gedung tersebut.
Sejumlah organisasi mahasiswa Sultra di Jakarta menilai tindakan aparat terlalu reaktif dan tidak proporsional.
“Menangkap mahasiswa yang hanya menumpang tinggal jelas tindakan yang berlebihan. Pemerintah seharusnya membuka ruang dialog, bukan represif,” ujar salah satu mahasiswa lainnya.
Hingga berita ini diturunkan, ratusan mahasiswa masih menjalani pemeriksaan di Polres Jakarta Pusat. Beberapa pendamping hukum dan aktivis HAM telah mengajukan penangguhan penahanan. Sementara itu, kawasan sekitar kantor penghubung Sultra masih dijaga ketat aparat kepolisian.
Laporan: Arini Triana Suci R