Kendari, Sultrademo.co — Pemerintahan Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Andi Sumangerukka, dan Wakil Gubernur Hugua, memasuki 100 hari masa kerja. Pengamat ekonomi Sulawesi Tenggara, Dr. Samsir Nur, menilai periode awal kepemimpinan pasangan ini telah menunjukkan arah pembangunan yang jelas dan berpijak pada kebutuhan riil masyarakat.
“Saya kira ini sudah cukup baik, karena Gubernur telah memulai dari titik awal yang sesuai dengan janji-janji dan visi untuk mendorong Sultra lebih maju,” kata Samsir, saat ditemui pada Selasa (10/6/2025).
Menurutnya, kemajuan yang diharapkan tidak hanya menyangkut aspek ekonomi dan sumber daya manusia (SDM), tetapi juga menyangkut pembenahan tata kelola pemerintahan. Ia mencatat bahwa sejumlah sektor strategis, seperti pendidikan dan kesehatan, telah mulai dijalankan. Di sektor infrastruktur, ia menilai Gubernur menunjukkan keberanian politik yang penting.
“Infrastruktur itu ketika digerakkan, akan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi. Ia membangun konektivitas dan mempercepat mobilitas. Mudah-mudahan efek lanjutannya akan membawa hasil yang lebih baik,” ujar Samsir.
Ia juga menyoroti bahwa pasangan ASR–Hugua telah menjabarkan empat misi utama pembangunan daerah. Keempat misi tersebut mencakup pembangunan infrastruktur, peningkatan mutu pendidikan, penguatan layanan kesehatan, serta penguatan ketahanan pangan berbasis agromaritim.
Lebih lanjut, Samsir memerinci bahwa sektor agromaritim, yang meliputi pertanian, perikanan, perkebunan, dan peternakan, merupakan sektor paling menjanjikan di Sulawesi Tenggara. Ia mencatat, Gubernur memiliki perhatian khusus terhadap pengembangan peternakan halal dan hilirisasi hasil perikanan.
“Ketika pemerintah berbicara tentang hilirisasi, itu artinya berkaitan langsung dengan penguatan UMKM. Dari situ, potensi ekonomi lokal bisa tumbuh, dan saya melihat Gubernur juga akan mendukung sektor pariwisata untuk memperkuat rantai nilai itu,” ujar dosen Universitas Halu Oleo tersebut.
Menurut Samsir, jika potensi agromaritim dikembangkan secara terintegrasi, mulai dari hulu ke hilir, maka sektor-sektor pendukung seperti UMKM dan pariwisata akan ikut tumbuh. Hal ini, katanya, merupakan pendekatan pembangunan yang lebih alami dan berkelanjutan ketimbang hanya bergantung pada sektor tambang.
“Kalau kita hanya bertumpu pada sektor tambang, itu sifatnya musiman dan tidak alamiah. Sementara agromaritim adalah kekuatan utama kita yang sesungguhnya,” ucapnya.
Terkait dengan keberadaan sektor pertambangan, Samsir menyarankan agar program tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) diarahkan untuk mendukung program prioritas pemerintah daerah, khususnya dalam penguatan sektor agromaritim.
“CSR jangan hanya mengikuti agenda internal perusahaan. Ia harus selaras dengan kebutuhan masyarakat dan program yang dirancang oleh organisasi perangkat daerah (OPD) teknis. Harapannya, CSR bisa mendukung misi besar Gubernur,” kata Samsir.
Laporan: Muhammad Sulhijah