Penulis : Baso Affandi
Pegiat Survei
Sultrademo.co – Istilah Echopraxia biasanya digunakan dalam ilmu Kesehatan yang menunjukkan adanya kondisi yang ditandai dengan pengulangan secara tidak sengaja dari perilaku atau gerakan orang lain. Pengidap kondisi ini sangat mungkin meniru kegelisahan, gaya berjalan, atau bahasa tubuh orang lain yang ada di sekitarnya. Dan jika diperhatikan dalam pola dan pergerakan person dan institusi hari ini pada wilayah politic campaign, “penyakit” serupa juga lagi mewabah.
Echopraxia, Ikut-ikutan, Latah menjadi jalan pintas bagi para politisi dan tim suksesnya karena dengan mudah menyimbolkan jagoannya serta mudah menyampaikan pesan secara verbal dan non verbal. Intinya ada penyakit latah yang tiba-tiba mewabah, tak ada yang mampu melarang karena semua itu tak memiliki hak cipta,
Effect Simbolistik Pemenang Pilpres
Pasca gelaran pilpres yang mengantar Prabowo – Gibran terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden pemenang pilpres, ada banyak simbolisasi yang dihasilkan, hal tersebut membuat beberapa daerah yang akan gelar pilkada serentak tiba-tiba latah dan seolah menyimpulkan bahwa simbolisasi tersebut menjadi salahsatu sebab atau factor yang membuat Prabowo – Gibran berhasil memenangkan kontestasi.
Sebut saja simbolisasi diantaranya adalah Joget gemoy, lagu oke gas, kemeja biru muda, penggunaan font pada atribut kampanye, tagline Gemoy dan bahkan adopsi program makan gratis. Apakah hal-hal tersebut sakti dan mumpuni untuk merangkul suara pemilih?. Jika jawaban kita harap dari politisi atau tim sukses yang menggunakannya, jawabannya pasti ia, dengan berbagai argumentasi untuk membenarkan Tindakan yang ia lakukan, namun jika mencari jawaban pastinya, maka metode yang valid untuk digunakan adalah survey dengan metodologi yang benar.
Perlahan kita intip beberapa atribut kampanye para kandidat dalam pilkada serentak hari ini, hampir semua partai pengusung Prabowo Gibran yang mendorong kadernya untuk maju pada pilkada 27 November 2024 menampilkan foto berkemeja warna biru muda, mirip dengan seragam Prabowo Gibran di kertas suara. Ini terjadi di hampir semua daerah di Indonesia. Begitupun saat Deklarasi, peresmian secretariat pemenangan atau iring iringan penjemputan surat rekomendasi (B1KWK) sampai mengantar “jagoan”menuju Kantor KPU ada yang mengisinya dengan hiburan lagu oke gas sambal berjoget ala Prabowo yang disebut gengan JOGET GEMOY.
Dari sekian banyak kelatahan tersebut, yang paling massif dan bisa Nampak jelas itu adalah seragam (kemeja) biru muda. Akan ada daerah yang menggunakan simbolisasi ini lebih dari 1 pasangan. Padahal memilih gambar tentu harus dengan pertimbangan yang serius dan betul-betul matang, terutama menunjukkan dimana letak contrasting dari pasangan yang lain.
Jika penggunaan photo berkemeja biru muda ala Prabowo sudah terpampang di ruang public, maka bisa dipastikan gambar tersebut akan digunakan sampai di kertas suara. Yang akan jadi aneh bin Ajaib jika dalam kertas suara nantinya aka nada tampilan seragam yang sama, hal ini tak menutup kemungkinan karena simbolisasi kemeja Pragib itu bukan hanya milik 1 (satu) parpol saja.
Effect Survei Opini Publik
Survei seperti ini biasanya digunakan untuk mengetahui pendapat masyarakat atas isu-isu yang berhubungan dengan masalah publik, dilakukan dengan kerja-kerja ilmiah melalui penelitian yang melibatkan surveyor dan respondennya dan dianalisis oleh penelitinya dengan metodelogis yang tepat. Hasilnya akan menggambarkan peta keinginan public secara menyeluruh. Dari hasil tersebut dihasilkan data yang bisa dipertanggungjawabkan keabsahan dan kebenarannya. Jika di fokuskan pada wilayan politik, kita bisa mengetahui apa keinginan mayoritas masyarakat, termasuk didalamnya pilhan mana yang akan dipilih oleh mereka.
Data yang dihasilkan tersebut biasanya digunakan oleh kandidat atau tim suksesnya merangkai program, strategi dan semua perangkat pemenangannya. Yang alhasil bisa terukur dalam segala Tindakan. Tak jarang hasil survei mampu menggiring opini publik pada sosok kandidat tertentu (framing). Tak jarang pula masyarakat ikut-ikutan mendukung sosok yang elektabilitasnya tinggi. Karena hal seperti ini menjadi kecenderungan politisi. Karena pilihannya hanya 2 (dua), jadi pemenang atau ikut dengan pemenang. Olehnya kita sering mendapatkan data survey dari Lembaga survey yang merangkap jadi konsultan politik dan mempublikasikan hasil surveinya ke media-media resmi maupun media sosial karena diyakini masih ada sebagaian besar masyarakat yang ikut ikutan memilih sosok yang dianggap unggul dalam survey yang terpublish.
Kondisi seseorang melihat data survei yang menunjukkan bahwa pasangan calob mendapatkan dukungan yang luas dan populer, probabilitynya cenderung mengikut. Berangsur terpengaruh oleh orang lain yang dianggap dominan telah memilih palon tersebut. Hal tersebut berhubugan dengan rasa yang lebih aman atau yakin untuk mengikuti dukungan tersebut. Fenomena ini secara tidak langsung bisa dikategorikan “penyakit” Echopraxia, di mana seseorang mengikuti trend dominasi daripada melakukan kajian lebih mendalam terhadap visi misi atau program paslon pilihan mereka sebelumya.
Efek Influencer
Perkembangan tekhnologi pada wilayah media sosial sulut terbendung, banyak kegiatan berhasil karena kampanye melalui media sosial, orang-orang tak perlu lagi sibuk membuat undangan manual yang ditulis dalam secarik kertas atau membuat selebaran dalam memanggil atau mengundang khalayak untuk ikut berpartisipasi. Effect media Sosial urusan dukung-mendukung pada kontestasi politik tak bisa diangap remeh. Terkadang diatur dengan managemen yang rapi, para pemilik akun yang biasa disebut influencer ini dikelola dengan baik dan punya komandan tersendiri.
Influencer yang terlatih tentu punya kemampuan meyakinkan orang lain bahwa paslon tertentu adalah calon terbaik dari yang lain. Kontribusinya mampu mempengaruhi opini public. Gerakan para influencer itu bisa menjadi rujukan saat kolega, sahabat, atau komunitas ikut terpengaruh jika sekelilingnya sudah terwarnai dengan pilihan tertentu, kecenderungannya orang lain yang belum bersamanya berangsur bisa berubah karena atmosfir pergaulannya sudah jelas arah dukungan ke paslon tertentu. Secara tidak langsung ia akan merasa ada tekanan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar dapat memicu dirinya terperangkap mengikuti arus dukungan kuat lingkungannya. Jika hal ini dilakukan secara simultan dan telaten maka orang yang sudah punya pilihan sekalipun bisa berubah karena lingkungan pergaulannya, apalagi mereka yang belum menentukan pilihan. Orang akan merasa kesepian, asing jika menjadi bagian terkecil dari sebuah komunitas.
Sisi Gelap Echopraxia Effect
Jika kemudian ini terus berlanjut pada kontestasi apapun, maka pintu kerugianpun terbuka dan mengaga lebar. Hal tersebut jelas merugikan karena bisa dipastikan ke-latah-an, ikut-ikutan yang penulis istilahkan Echopraxia berpengaruh pada karakter nantinya, dimana akan menimbulkan Kemalasan dimana kita tak lagi mampu menggunakan nalar kita seobjektif mungkin. Kita menjadi bagian pendukung yang Irasional karena mengikut saja dengan trend dan tekanan sosial pergaulan tanpa melakukan bedah visi misi, evaluasi gagasan kualifikasi calon, tracking prestasi dan keberhasilan, latar belakang paslon dan lain sebagainya yang bisa jadi landasan rasional memilih pasangan calon yang cerdas.