PekaMata, satu rumah produksi di kota Kendari kebali merilis sebuah film, setelah tahun lalu merilis film “mayasa” yang bergenre dokumenter, kini merilis “Pomanduno, Generasi Terakhir Pembuat Gerabah Tatap Landas di Pulau Buton” yang juga bergenre dokumenter.
Jika pada 2023 film “mayasa” disutradarai oleh Arif Relano Oba, seorang seniman senior yang lebih dikenal dengan karya-karya fotografinya, difilm
“Pomanduno, Generasi Terakhir Pembuat Gerabah Tatap Landas di Pulau Buton” disutradarai oleh Rustam Awat, juga seorang seniman dan penggiat budaya serta akademisi salahsatu Universitas ternama dikota Bai-Bau.
Jika ditahun sebelumnya, rilis film yang dilakukan di kota Kendari hanya dengan pemutaran film dirangkai diskusi, maka kali ini ada yang berbera. Di premier kali ini dibuka dengan pameran foto yang berlangsung dua hari, kemudian dihari kedua baru diadakan pemutaran film dirangkaikan diskusi film dan budaya.
Diskusi film dan budaya kali ini menyuguhkan tokoh-tokoh seni dan budaya yang sangat mumpuni, mulai dari sang sutradara Rustam Awat, Syaifuddin Gani, Amirudin Rahim, hingga Irianto Ibrahim, seorang seniman, pemerhati budaya, juga dikenal lekat dengan dunia sastra lewat puisi-puisinya.
Film dokumenter dan Pameran Foto ini di sponsori penuh oleh program Dana Indonesiana yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi bekerja sama dengan LPDP, juga disupport oleh rumah produksi Rarontole Kreatif Median (RKM), Menggaa, Ambataro, Unidayan, The Lamalonda Institute.
Sang sutradara ketika ditemui disalah satu warkop menuturkan bahwa pembuatan Fillm Dokumenter dan Pameran Foto “Pomanduno, Generasi Terakhir Pembuat Gerabah Tatap Landas di Pulau Buton” dilatarbelakangi oleh kegelisahan dan keprihatanan pada para pomanduno (pembuat gerabah) yang kian hari kian berkurang.
Saat ini, mereka adalah generasi terakhir yang tersisa, yang masih mempertahankan pengetahuan tradisional tersebut.
Rustam juga menuturkan bahwa apa yang dia lakukan bersama teman-temannya adalah upaya nyata untuk mengabadikan salah satu bukti sejarah bahwa betapa tuanya peradaban masyarakat Sulawesi Tenggara.
Film dokumenter dan pameran foto ini mencoba memotret beberapa kisah dari para pomanduno yang masih bertahan di daerah Lipu-Katobengke, Baubau, Sulawesi Tenggara
Pemutaran film, pameran foto, dan diskusi budaya akan dilaksanakan di X- BRO Cafe, Kendari pada tanggal 24-25 Agustus 2024.