Baubau, Sultrademo.co – Di tengah gemerlap senja Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra), ada satu cerita yang merangkai keajaiban kesederhanaan dan keikhlasan.
Dalam sebidang kehidupan yang penuh kesunyian, Nenek Hasniah, seorang janda miskin berusia 72 tahun, telah menjadi cahaya bagi puluhan anak yang merindukan belajar mengaji.
Sejak lebih dari setengah abad yang lalu, Nenek Hasniah telah mengabdikan hidupnya sebagai seorang guru mengaji. Setiap senja, kediamannya di Kelurahan Kadolomoko, Kecamatan Wolio, selalu ramai oleh anak-anak yang haus akan ilmu agama.
Dengan tulus dan kesabaran yang tiada taranya, Nenek Hasniah mengajar mereka, tanpa mengharapkan imbalan apapun.
Kisah hidupnya pun tidaklah mudah. Sejak ditinggal suami puluhan tahun yang lalu, Nenek Hasniah harus berjuang sendiri. Namun, kehidupannya yang sederhana tidak menghalangi dirinya untuk memberi.
Meskipun awalnya hanya mengajar tanpa bayaran, rasa prihatin dari orang tua santri mengubah hal itu. Mereka memberikan sedikit uang sebagai tanda terima kasih, dan dari situlah Nenek Hasniah mulai menyisihkan uang untuk mewujudkan mimpi suci: menunaikan ibadah haji.
“Saya ini mengajar anak-anak mengaji dari tahun 1974, awalnya itu saya mengajar saja, saya tidak minta bayaran, tapi orang tua mereka mungkin, karena saya tidak punya pekerjaan selain jadi guru ngaji akhirnya mereka kasih uang katanya untuk bayar listrik,” kata Nenek Hasniah dikutip dari tvonenews.com, Kamis (9/5/2024).
Dengan penuh ketabahan, Nenek Hasniah menabung sejumput demi sejumput uang yang diperoleh dari mengajar mengaji. Uang itu ia simpan di tempat-tempat sederhana, di bawah bantal, di bawah kasur, bahkan di lipatan baju dan dalam buku.
Setelah bertahun-tahun berjuang, akhirnya pada tahun 2012, Nenek Hasniah mendaftar sebagai calon haji di kantor Kementerian Agama Kota Baubau.
Namun, proses itu tidaklah mudah. Dari seorang yang tergolong keluarga tidak mampu, Nenek Hasniah harus menyetor dana awal yang cukup besar, Rp 25 Juta.
Namun, keyakinannya teguh bahwa Allah akan memberikan jalan, memandu langkahnya dalam meniti mimpi suci itu. Dan pada usia yang tak lagi muda, pada tahun 2024, panggilan itu akhirnya datang.
Tidaklah mudah bagi seseorang yang terbiasa memberi untuk menerima, namun Nenek Hasniah menerima panggilan itu dengan hati yang penuh syukur.
Ia akan menjadi bagian dari Kloter 35, menuju Tanah Suci pada tanggal 5 Juni 2024. Rumah panggung yang ia tempati bukanlah miliknya sendiri, namun ia menerima kebaikan dari kakaknya yang memberinya tempat tinggal untuk mengajar anak-anak mengaji.
“Saya ini belum punya rumah sendiri, kalau rumah yang ini rumahnya kakakku karena kosong saya dikasih tau katanya tinggal saja di rumah ini sampai sekarang sudah dua tahun, dulu saya tinggal di rumah orang tuaku,” ujarnya.
Menurut Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kota Baubau, Haliking, Nenek Hasniah mendapat panggilan untuk menunaikan ibadah haji tahun ini. Hal ini menunjukkan bahwa niat yang kuat dan keyakinan pada Allah adalah kunci untuk mewujudkan mimpi, meskipun terlihat tidak mungkin dari segi rasional.
“Jadi memang harus ada niat yang kuat karena yakinlah Allah akan memberikan jalan untuk mewujudkan niat suci itu, contohnya Nenek Hasniah ini,” ungkapnya.