Jakarta, Sultrademo.co — Panglima Komando Armada Republik Indonesia (Pangkoarmada RI) Laksamana Madya TNI Denih Hendrata menegaskan komitmennya dalam memperkuat pertahanan maritim Indonesia. Dengan pengalaman lebih dari tiga dekade di TNI Angkatan Laut, ia dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan berwibawa.
Laksamana Madya Denih merupakan lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan ke-35 tahun 1989. Sejak awal kariernya, ia menunjukkan karakter kepemimpinan yang kuat, termasuk saat menjabat sebagai Komandan KRI Cut Nyak Dien-375 (2003–2004) dan KRI Pati Unus-384 (2004–2007). Dalam berbagai operasi, ia menekankan disiplin dan ketepatan strategi.
Ketegasan Denih semakin terlihat saat bertugas sebagai Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Cirebon pada 2007–2009 serta Komandan Satuan Patroli (Satrol) Komando Armada Barat (Koarmabar) pada 2010–2011. Dalam periode ini, ia aktif menindak pelanggaran hukum di laut, termasuk kasus penyelundupan dan penangkapan ikan ilegal.
Di jajaran strategis, Denih juga pernah menjabat sebagai Danlantamal III/Jakarta (2018–2019) dan Gubernur AAL (2022–2023). Sebagai pemimpin, ia dikenal mampu membangun solidaritas dan memotivasi prajurit untuk terus meningkatkan profesionalisme.
Atas dedikasinya, ia menerima berbagai penghargaan, termasuk Bintang Dharma, Bintang Yudha Dharma Pratama, dan Bintang Jalasena Nararya. Penghargaan ini menjadi bukti pengabdiannya dalam menjaga kedaulatan dan keamanan maritim Indonesia.
Sebagai Pangkoarmada RI, Denih Hendrata berkomitmen memperkuat pertahanan maritim melalui modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan peningkatan kemampuan prajurit. Ia juga menekankan pentingnya disiplin, kesiapan tempur, serta sinergi dalam menghadapi tantangan global.
“Kedaulatan maritim adalah harga mati yang harus dipertahankan,” ujarnya dalam berbagai kesempatan.
Pesan ini menjadi pedoman bagi generasi penerus TNI AL untuk terus menjaga kejayaan laut Indonesia.