Kendari, Sultrademo.co — Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat inflasi tahunan sebesar 0,39 persen pada Januari 2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional yang mencapai 0,76 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra, provinsi ini menjadi daerah dengan tingkat inflasi terendah ketiga di Indonesia.
Beberapa komoditas memberikan kontribusi terhadap inflasi Sultra. Emas perhiasan menyumbang kenaikan sebesar 0,31 persen, sigaret kretek mesin (SKM) 0,25 persen, serta mobil 0,11 persen.
Sebaliknya, sejumlah komoditas menekan inflasi, seperti tarif listrik yang turun hingga -1,70 persen, tomat (-0,18 persen), angkutan udara (-0,14 persen), dan cabai rawit (-0,10 persen).
Di tingkat daerah, terjadi variasi yang cukup signifikan. Kabupaten Konawe mencatat deflasi terdalam sebesar -1,24 persen, disusul Kota Bau-Bau (-0,47 persen) dan Kota Kendari (-0,38 persen). Sementara itu, Kabupaten Kolaka mengalami inflasi tertinggi di Sultra dengan angka 0,48 persen.
Penjabat Gubernur Sultra, Andap Budhi Revianto, mengapresiasi sinergi berbagai pihak dalam mengendalikan inflasi. Ia menekankan pentingnya menjaga kestabilan harga menjelang Ramadan agar daya beli masyarakat tetap terjaga.
“Menjelang Ramadan, kita harus memastikan inflasi tetap terkendali agar daya beli masyarakat tidak terpengaruh dan pasokan barang selalu tersedia. Sinergi antara pemerintah, TPID, pelaku usaha, dan masyarakat sangat krusial dalam menjaga stabilitas harga,” ujar Andap.
Salah satu faktor yang berkontribusi dalam pengendalian inflasi adalah kebijakan diskon tarif listrik sebesar 50 persen yang diberikan PT PLN (Persero) selama Januari dan Februari 2025. Kebijakan ini membantu menjaga keseimbangan dinamika pasar di Sultra.
Andap menambahkan, inflasi yang stabil merupakan hasil kerja keras bersama seluruh pemangku kepentingan. Pemerintah akan terus memantau dinamika pasar serta memperkuat langkah strategis guna memastikan stabilitas harga dan ketersediaan komoditas tetap terjaga.
“Sinergi antara Pemerintah Daerah, TPID, pelaku pasar, dan masyarakat adalah kunci bagi perekonomian yang berkelanjutan,” kata Andap.
Dengan kondisi inflasi yang terkendali, perekonomian Sultra diproyeksikan tetap stabil dalam menghadapi berbagai tantangan, terutama menjelang Ramadan 1446 Hijriah.