Langara, (SultraDemoNews) – Dibalik keindahan panorama air terjun Tumburano, ternyata menyimpan kisah cinta yang melegenda bak Romeo dan Juliet.
Konon, objek wisata alam yang terletak di Desa Tombaone, Kelurahan Lansilowu Kecamatan Wawonii Utara, Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) Sulawesi Tenggara tersebut adalah saksi bisu keabadian cinta sepasang kekasih Duru Balewula dan kekasihnya Wulangkinokooti.
Juru rawat air terjun Tumburano Rustam menceritakan, air terjun yang memiliki ketinggian kurang lebih 80 meter itu adalah tempat sepasang kekasih tersebut mengabadikan cinta mereka dengan cara mengakhiri hidup dari ketinggian air terjun tersebut.
“Duru Balewula seorang laki-laki dan Wulangkinokooti perempuan cantik. Dahulu, di atas air terjun Tumburano itu terdapat dua perkampungan, tempat tinggalnya Duru Balewula di Kontara Puu Nanasi dan tempat tinggalnya sang gadis Wulangkinokooti di Pula Runtu. Suatu hari, Duru Balewula menangkap ayam hutan memakai jerat, orang Wawonii bilang Kumate. Sejak saat itu bertemulah dia dengan Wulangkinokooti,” kisah Rustam, Selasa, (10/10/2017).
Lanjut cerita, Rustam mengatakan Wulangkinokooti memiliki kecantikan yang tak tertandingi pada saat itu hingga akhirnya Duru Balewula langsung jatuh cinta padanya.
“Wulangkinokooti ini cantik sekali, kulitnya putih tak tertandingi, karena putihnya bila ia makan sirih bisa kelihatan di lehernya ketika ia menelan sirih itu, kemudian tumitnya ibarat satu butir telur dan sehelai rambutnya bila digulung ukurannya sama seperti jeruk besar karena panjang dan suburnya rambut itu,” kisahnya.
Hari berganti-hari cinta diantara sepasang kekasih itupun semakin mendalam hingga suatu hari, orang tua dari Wulangkinokoti akhirnya mengetahui jalinan kasih yang jadi antara putrinya dan pria penangkap ayam dari desa tetangga itu. Resah pun menyeruak di hati mereka karena orang tua Wulangkinokooti tidak merestui hubungan mereka.
Suatu hari, kedua orangtua Wulangkinokooti berangkat ke kebun seraya berpesan pada putri semata wayangnya agar mengangkat kapas yang sedang dijemur bila hujan turun. Sayang, karena asyik bercerita dengan Duru Balewula, Wulangkinokooti lupa pesan orangtuanya.
Lanjut kisah, mengetahui hal itu, orangtua Wulangkinokooti marah besar, lalu bersumpah tidak akan merestui hubungan keduanya.
Sepulang dari kebun, orangtua Wulangkinokooti bertanya, “Nak, kenapa kapas ini basah? Tadi ada tamu datang lalu kamu lupa masukan kapas ini ya. Jika laki-laki yang datang, jangan harap hubungan kalian kami direstui,” seru sang ibunda.
Wulangkinokooti pun berusaha menutupi kedatangan Duru Balewula dengan mengatakan tidak ada seorang tamu pun yang datang.
Rasa cinta yang terjalin diantara keduanya sudah tak terbendung lagi. Sepasang kekasih ini pun memutuskan mengabadikan cintanya di air terjun Tumburano.
Keduanya nekat mengakhiri hidup dengan meloncat dari ketinggian puncak objek wisata tersebut.
Sebelum meluncur ke dasar air, keduanya sempat memainkan alat musik masing-masing. Wulangkinokooti memainkan alat musik Renta, alat musik yang terbuat dari enau. Usai memainkan alat musiknya, Wulangkinokooti membuang alat musiknya ke dasar jurang, kemudian disusul dirinya.
Begitu pun Duru Balewula, dipenghujung ajalnya ia sempat memainkan alat musik kesayangannya seruling. Selesai memainkan seruling Duru Balewula juga melemparkan serulingnya ke dasar air terjun lalu disusul dirinya.
Warga setempat meyakini, hingga saat ini sepasang kekasih ini masih sering tampak di objek wisata tersebut dan sisaksikan oleh si juru rawat. (Anggun Karsila)