Bombana, Sultrademo.co – Warga Desa Pongkalaero, Kabaena Selatan, Kabupaten Bombana, Provinsi Sultra mengeluhkan aktivitas tambang PT. Tambang Bumi Sulawesi (TBS).
Abdul Halil salah satu warga yang lahan kebun miliknya terkena efek aktivitas tambang terpaksa harus gigit jari pada musim panen nanti, pasalnya lahan kebun jambu mente miliknya terancam longsor.
Sebab, beberapa ruas tanah yang sudah puluhan tahun ditumbuhi jambu mente itu terjadi keretakan parah.
Semula, salah seorang karyawan menyampaikan adanya keretakan lahan kebun milik Halil. Seketika itu Halil ditemani warga lainnya, sebut saja Jabar langsung memantau lokasi dimaksud. Diduga kuat keretakan itu akibat aktivitas pertambangan PT TBS yang wilayah penambangannya dan lokasi kebun milik Halil hanya berjarak beberapa meter saja.
“Ketika kami tinjau bersama pemilik kebun, kami kaget melihat lahan perkebunan tanahnya terbelah , mengakibatkan tanaman jambu mente sedikit lagi hampir rebah,” jelas Jabar yang juga warga disana.
Menurut Jabar, kekhawatiran dan keresahan terbesar dari pemilik lahan adalah jika tanah tersebut semakin hari semakin membesar dan bergeser. Sejak 1975, kebun itu telah menjadi tumpuan harapan Halil.
Akibat dari keretakan lahan, sambung Jabar,
pemiliknya takut beraktifitas di lokasi perkebunan.
“Selama bertahun- tahun adanya pohon jambu ini, tidak pernah terjadi seperti ini, nanti sekarang baru terjadi karena ada penggalian penambangan nikel di sekitar perkebunan ini,” ungkap Jabar, menceritakan kekesalan warga pemilik kebun.
Sementara itu, lanjutnya, pihak PT TBS, perusahaan yang beraktifitas di sekitar lahan tersebut, pada Rabu lalu ( 7/8/2019 ) melalui perwakilannya, Zulkifli Suleman selaku KTT langsung meninjau lokasi lahan yang terancam longsor.
“Mereka langsung melakukan plot terhadap lokasi lahan perkebunan jambu mente yang terancam longsor,” tambahnya.
Awak media sudah berusaha menghubungi pihak perusahaan, namun hasilnya tidak direspon, demikian pemerintah setempat, camat yang diketahui menjabat sebagai pelaksana desa setempat beberapa kali dihubungi via telepon namun tidak mengangkat.
Laporan : Adin
Editor : Aliyadin Koteo