Kendari, Sultrademo.co – Adalah Evan (42) warga Desa Pewutaa, Kecamatan Angata, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Provinsi Sulawesi Tenggara terpaksa meninggalkan Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Bahteramas Kota Kendari dengan kondisi usus masih terkatung-katung di luar perut berbungkus kantong plastik, Senin (9/12) sekira pukul 17.00 Wita.
Setelah diporasi, Evan yang merupakan pasien penderita tumor usus dipulangkan RS tersebut tanpa alasan yang jelas. Padahal dia berobat menggunakan jaminan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah yaitu Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Kisah miris itu diceritakan Evan. Pria yang berprofesi sebagai petani penderita penyakit tumor usus sejak satu tahun yang lalu itu sempat menjalani operasi di salah satu rumah sakit swasta di Kota Makassar, namun, penyakit itu kambuh pada pekan lalu.
Evan lalu dilarikan ke Puskesmas Motaha, Kabupaten Konawe Selatan. Dari sana, pihak puskesmas lalu memberikan rujukan supaya dirawat di Bahteramas Kota Kendari pada Minggu (1/12/2019). Evan kemudian dirawat di ruang Lingkup Waraka. Tiga hari berikutnya, tibalah waktunya dioperasi.
“Setelah operasi saya langsung dipindahkan di ruang perawatan. Saya pikir masih ada lagi operasi berikutnya, karena usus masih di luar perut belum dimasukkan ke dalam. Tapi ternyata tadi sore sudah disuruh pulang. Nanti datang lagi 3 atau 5 hari,” ungkap Evan saat disambangi di kamar kosnya.
Perintah pulang oleh perawat tak langsung diterima Evan. Dirinya sempat protes karena kondisi yang tak sewajarnya seperti itu. Para perawat pun segera menghubungi dokter, sayangnya dokter yang dihubungi tak memberikan respon sedikitpun.
“Saya sempat tanya, bagaimana kondisi begini mau pulang, tapi mereka tidak peduli. Hanya bilang datang lagi 3 atau 5 hari, itupun bukan mau dirawat tapi hanya mau dicek up di poli. Obat pencuci luka saja tidak diberikan,” kesal Epan sambil sesekali menahan perih dari perutnya.
Karena pertimbangan jarak, Evan terpaksa menyewa kos-kosan dengan tarif Rp.50 ribu per hari. Indekost itu berjarak kurang lebih 100 meter dari rumah sakit Bahteramas di Jalan Kapten Pierre Tendean, Baruga, Kota Kendari. Di dalam ruang 3×4 meter itu, Epan hanya bisa pasrah.
Evan terbaring tak berdaya sambil menahan sakit yang begitu parah. Sesekali dia memukul tembok untuk menahan perih dari usus yang terbungkus plastik dan luka operasi yang belum sembuh. Keluarga pun hanya bisa terdiam menyaksikan kondisi Evan. Buang air pun dilakukan di atas kasur yang mengganjal badannya dari lantai tehel indekos.
“Tidak bisa bangun, goyang sedikit pun tidak bisa. Perih sekali bagian luka operasi. Saya mau bale saja masih terkencing-kencing, apalagi mau bangun,” ucapnya sambil menahan sakit.
Evan mengaku belum tau kemana dirinya akan dirawat. Evan trauma diperlakukan seperti hal yang sama ketika dirawat di rumah sakit yang sama. Dia merasa kecewa terhadap pelayanan rumah sakit yang seperti itu.
Sementara itu, keluarga Evan bernama Asmudi (38) sempat memprotes keras perihal kepulangan keluarganya yang ia sebut tidak manusiawi. Ia mengaku kesal dengan pelayanan rumah sakit berstatus plat merah tersebut.
“Saya menjenguk dengan istri, tiba di rumah sakit, saya sempat protes. Tapi tidak ada satu pun dari pihak rumah sakit yang menemui saya. Yang dimasalahkan kenapa disuruh keluar sementara masih usus ada di luar,” katanya saat diwawancarai di kos Evan.
Dikonfirmasi terpisah, Humas RSUP Bahteramas Masita mengaku belum mengetahuinya informasi tersebut. Dirinya baru akan mengecek kebenaran informasi tersebut.
“Saya belum bisa memberikan tanggapan karena belum dapat datanya. Kirimkan ke saya datanya baru saya cek, saya konfirmasi kenapa bisa terjadi seperti itu. Jadi saya minta jangan dulu diberitakan sebelum saya dapat data lengkapnya,” kata Masita saat dihubungi melalui telepon selulernya, Senin malam.
Laporan : Irvan
Editor : Aliyadin Koteo